Circuit Training (Latihan Sirkuit)

Sekilas Mengenai Circuit Training

Latihan sirkuit atau yang juga bisa disebut dengan Circuit Training ialah suatu program latihan yang di ciptakan oleh R.E. Morgan dan G.T. Anderson pada tahun 1953. Dalam program latihan ini, terdapat beberapa stasiun kebugaran jasmani yang dapat dipadukan sebagai serangkaian variasi dari Sirkuit Latihan, seperti push up, sit up, dan lain-lain. Dalam program pelatihan ini biasanya digunakan:peralatan mesin, peralatan hidrolik, beban tangan dan biasanya jarak tiap stasiun 15 detik sampai 3 menit untuk menjaga agar otot tidak kelelahan. Bentuk sederhana dari circuit training adalah lari keliling lapangan 10 kali serta push up 10 kali.

Latihan sirkuit ialah suatu suatu jenis program latihan yang berinterval di mana latihan kekuatan di gabungkan dengan latihan aerobic, yang juga menggabungkan manfaat dari kelenturan dan kekuatan fisik. “Sirkuit” di sini berarti beberapa kelompok olahraga atau pos yang berada di area dan harus di selesaikan dengan cepat. Tiap peserta harus menyelesaikan satu pos dahulu sebelum ke pos lainnya.

Program latihan sirkuit adalah program latihan yang mengkombinasikan antara latihan kekuatan dan latihan kardiovaskular (olahraga aerobik). Circuit training dilakukan dengan banyak repetisi dan istirahat yang singkat diantara setnya.

Menurut penelitian yang ada, selama 8─20 minggu menjalankan circuit training, menunjukkan peningkatan kapasitas paru-paru sebesar 4─8%. Kapasitas paru-paru yang tinggi biasa digunakan untuk menyatakan tingkat kebugaran seseorang. Program latihan menggunakan beban yang ringan seperti push up, squat, sit up yang kemudian dikombinasikan dengan olahraga aerobik seperti lari atau bersepeda. Latihan sirkuit biasa dilakukan di tempat terbuka (outbond) yang terdiri dari beberapa pos, pada tiap posnya menekankan pada latihan kekuatan dengan repetisi tertentu kemudian diselingi dengan latihan aerobik selama beberapa detik sampai dengan menit untuk menuju ke pos berikutnya.


Kelebihan Cicuit Training:

+      Melatih kekuatan jantung dan menurunkan tekanan darah sama baiknya dengan latihan aerobik

+      Melatih semua anggota tubuh (total body workout)

+      Tidak memerlukan alat gym yang mahal

+      Dapat disesuaikan diberbagai area atau tempat latihan

 

Komponen kebugaran jasmani yang dilatih dalam circuit training:

*  Kebugaran jasmani

*  Kekuatan fisik

*  Kesehatan

*  Kelenturan tubuh

 

Olahraga Circuit Training:

a) Push up adalah suatu jenis senam kekuatan yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep maupun trisep. Posisi awal tidur tengkurap dengan tangan di sisi kanan kiri badan. Kemudian badan didorong ke atas dengan kekuatan tangan. Posisi kaki dan badan tetap lurus atau tegap. Setelah itu, badan diturunkan dengan tetap menjaga kondisi badan dan kaki tetap lurus. Badan turun tanpa menyentuh lantai atau tanah. Naik lagi dan dilakukan secara berulang.

Push Up

Push Up

 b)  Sit up, yakni sebuah gerakan yang bertumpu pada pinggul dan pantat kita dengan lutut yang diarahkan ke atas. Sit up memang sangat baik dilakukan dengan harapan agar kita mendapatkan khasiat yang baik pada tubuh kita. Memang awalnya sangat sulit dan sakit pada perut bagian bawah. Tetapi kalau sudah terbiasa akan terasa nyaman. Banyak para laki-laki melakukan gerakan sit up dengan baik agar perut mereka terbentuk dan sehat.

Sit Up

Sit Up

Variasi Circuit Training :

a)  8 x 8 training.

Training ini adalah jenis latihan yang ditujukan untuk membangun otot. Seperti namanya, jenis latihan ini berpatokan pada delapan set dan delapan repetisi masing-masingnya. Jika latihan straight set atau standard memiliki waktu jeda yang cukup panjang, yaitu sekitar 60 detik, maka 8 x 8 ini menggunakan waktu jeda yang pendek antara 15─20 detik saja. Program latihan ini sebaiknya dilakukan oleh yang sudah advance saja.

b) Super Set.

Jenis latihan ini bukan sesuatu yang luar biasa beratnya. Jika latihan straight set atau standard itu melakukan beberapa set untuk satu latihan yang sama, maka super set ini melakukan variasi dimana setelah melakukan satu set latihan A kemudian langsung tanpa istirahat lanjut ke satu set latihan B. Contoh latihan super set adalah: misalnya anda melakukan bench press sebanyak 10 repetisi kemudian dilanjutkan cepat ke cable rows sebanyak 10 repetisi, baru kemudian anda istirahat. Super set mempunyai tipikal bahwa latihan yang kedua biasanya akan drop kekuatannya karena tanpa istirahat pasti stamina kita berkurang. Jenis latihan ini sangat cocok untuk orang yang mempunyai sedikit waktu dan ingin melakukan pembentukan otot saja, bukan membesarkan. Keuntungan super set: pertama, anda bisa melatih dua jenis latihan sekaligus dalam waktu singkat. Kedua, stamina anda terlatih dan pembakaran lemak akan lebih banyak. Terakhir, bagus untuk orang yang ingin mengeringkan otot.

c)  5 x 5 training.

Latihan ini merupakan latihan yang cukup berat tetapi bagus untuk target latihan kekuatan dan pembentukan otot. Ini adalah salah satu program latihan yang populer dikalangan binaragawan. Seperti namanya, program 5 x 5 ini berdasarkan pada 5 set dengan masing-masing 5 repetisi. Jenis latihan ini sangat bagus untuk mereka yang ingin membangun otot lebih besar.

d)  HIIT.

Jika anda ingin mempercepat pembakaran lemak dan memperoleh tubuh lebih langsing, jenis latihan ini sederhana tapi sangat efektif. Melakukan latihan High Intensity Interval Training akan melatih stamina anda karena pengurasan stamina yang cukup besar diperoleh dari latihan ini. Kombinasi dari sprint dan jogging ini sebenarnya menguras tenaga lebih banyak daripada sprint.

e)  Drop Set.

Jenis latihan ini banyak digunakan untuk membangun otot lebih besar. Tekniknya cukup sederhana. Lakukan latihan seperti straight set/standard, tetapi untuk bebannya mulai dari yang paling berat terlebih dulu. Lalu repetisinya tidak dibatasi, lakukan hingga anda tidak mampu mengangkat beban lagi, kemudian turunkan beratnya dan lakukan repetisi lagi hingga tidak kuat mengangkat lagi. Terus hal ini dilakukan hingga beberapa set. Contohnya: misal anda melakukan biceps curls dengan beban 20 kg, kemudian lakukan repetisi sebanyak yang anda mampu. Kemudian berikutnya mengangkat 15 kg dan lakukan repetisi lagi sebanyak yang anda mampu. Begitu juga berikutnya diturunkan 10 kg, 5 kg. Keuntungan latihan drop set adalah anda bisa membentuk otot lebih besar dengan latihan ini, karena otot anda pasti meraung-raung beratnya latihan ini. Jangan gunakan beban yang terlalu ringan hingga anda melakukan terlalu banyak repetisi karena nanti latihan ini jadi percuma dengan beban terlalu ringan.

Sumber: http://shatteredstories.blogspot.com/2013/12/materi-sirkuit-training-lari-renang.html

Blogged with the Flock Browser

Manajemen Perjalanan, Perbekalan dan Perlengkapan

Para penggiat alam dalam melakukan suatu perjalanan dialam terbuka memiliki beberapa tujuan yang berbeda-beda. Semisal tujuan tersebut untuk eklplorasi, penelitian, survey atau hanya sekedar untuk berekreasi. Dalam kegiatan dialam terbuka, sebelum melakukan perjalanan perlu dipersiapkan dengan baik, mengingat kondisi dan situasi dialam terbuka apabila tidak diketahui dengan baik akan  menghadapkan para penggiat alam dalam keadaan yang membahayakan mereka. Berbagai macam perjalanan yang dilakukan hendaknya tidak berkesan amatiran. Dengan kata lain bahwa suatu perjalanan adalah suatu kegiatan yang memerlukan perencanaan yang matang.

Planning  atau perencanaan adalah proses pemikiran ( intelektual ) atas dasar suatu input yang ada digunakan untuk penentuan tindakan atau langkah – langkah yang akan dilakukan dimasa datang berorientasi pada tujuan yang efektif dan efisien. Ada rumusan umum yang digunakan sebagai berikut :

  1. Where (Dimana)

Untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan, Contoh: Operasi SAR di Gunung Gede.

  1. Who (Siapa)

Apakah anda akan melakukan Kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok. Contoh: Satu Kelompok ( 25 Personil) Terdiri dari 5 Orang panitia dan 20 Orang peserta.

  1. Why (Mengapa)

Ini adalah pertanyaan yang cukup panjang dan bisa bermacam-macam jawaban. Contoh : Untuk melakukan DIKLAT SAR dan kegiatan lain.

  1. When (Kapan)

Kapan waktu pelaksanaan Kegiatan tersebut, berapa lama kegiatan tersebut? Contoh: 24 Januari 2011 sampai dengan 27 Januari 2011.

  1. Untuk How/Bagaimana

Merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :

  • Bagaimana kondisi Tempat
  • Bagaimana cuaca disana
  • Bagaimana perizinannya
  • Bagaimana mendapatkan air
  • dan masih banyak hal lain yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan perjalanan.

Dari Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun Rencana Kegiatan yang didalamnya mencakup rincian :

  1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.
  2. Pengurusan perizinan
  3. Pembagian tugas
  4. Penyusunan rencana kegiatan
  5. Perencanaan kebutuhan peralatan, perlengkapan dan transportasi dan lain sebagainya.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya dari hasil perincian tersebut, akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.

 

Perlengkapan dan Perbekalan

Dalam melakukan kegiatan dialam terbuka, perencanaan perlengkapan dan perbekalan menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam kegiatan. Dalam merencanakannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni :

  1. Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (Hutan, Rawa, Tebing, dll.)
  2. Menentukan tujuan perjalanan (Latihan, Penjelajahan, Operasi SAR)
  3. Lamanya perjalanan
  4. Kemampuan fisik untuk membawa perlengkapan dan perbekalan
  5. Memperhatikan hal-hal yang khusus. (misal, obat-obatan tertentu).

Dalam melakukan kegiatan dialam terbuka, perlengkapan dan perbekalan dapat dikelompokan kedalam beberapa kategori, antara lain :

  1. Perlengkapan Dasar

–          Perlengkapan untuk pergerakan.

–          Perlengkapan untuk memasak, makan dan minum.

–          Perlengkapan untuk MCK.

–          Perlengkapan pribadi

  1. Perlengkapan khusus yang disesuaikan dengan perjalanan, semisal.

–          Perlengkapan pendakian tebing seperti, tali, carabiner, piton, ascender, dan sebagainya.

–          Perlengkapan penyusuran sungai seperti, perahu, dayung, pelampung dan sebagainya,

  1. Perlengkapan tambahan

–          Perlengkapan tambahan, merupakan perlengkapan yang dapat dibawa atau tidak, semisal semir, sikat sepatu, dan lainnya.

Sebelum melakukan kegiatan, dalam mempersiapkan perlengkapan untuk kegiatan agar lebih baik, sebaiknya disusun terlebih dahulu tabel atau list perlengkapan.

Perlengkapan Dasar Medan Gunung Hutan

1)      Sepatu

  • Mempunyai kegunaan sesuai dengan kebutuhan perjalanan.
  • Sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki
  • Harus kuat untuk pemakaian yang berat
  • Melindungi telapak kaki sampai mata kaki
  • Kulit tebal, tidak mudah sobek
  • Lunak bagian dalam, masih memberikan ruang bagi gerak kaki
  • Keras bagian depannya, untuk melindungi jari kaki (tidak dianjurkan memakai sepatu pekerja tambang, yang bagian depan sepatu sangat keras karena dilapisi dengan besi, selain berat juga akan merusak jari kaki jika ada perubahan suhu)
  • Bentuk sol bawahnya harus dapat menggigit tanah ke segala arah dan cukup kuat.
  • Ada lubang ventilasi, yang bersekat halus sehingga air dan udara lewat untuk pernafasan kulit telapak kaki.

2)      Kaos Kaki

  • menyerap keringat.
  • Melindungi kulit kaki dari pergesekan dengan kulit sepatu.
  • Menjaga agar kulit kita tetap dapat bernafas.
  • Menjaga agar kaki tetap hangat pada daerah yang dingin.

3)      Celana Lapangan

  • Kuat, lembut
  • Ringan
  • Tidak mengganggu gerakan kaki, jahitannya cukup longgar
  • Praktis
  • Terbuat dari bahan yang menyerap keringat
  • Mudah kering, bila basah tidak menambah berat
  • Bahan celana yang terbuat dari katun cukup baik, tidak terlalu tebal, tahan duri, mudah kering.

4)      Baju Lapangan

  • Melindungi tubuh dari kondisi seikitar
  • Kuat
  • Ringan
  • Tidak mengganggu pergerakan
  • Terbuat dari bahan yang menyerap keringat
  • Praktis
  • Mudah kering

5)      Topi Lapangan

  • Melindungi kepala dari kemungkinan akibat duri
  • Melindungi kepala dari hujan, terutama kepala bagian belakang.
  • Harus kuat dan tidak mudah robek, untuk medan gunung hutan dianjurkan memakai topi rimba.

6)      Sarung Tangan Lapangan

  • Sebaiknya terbuat dari kulit
  • Bentuknya sesuai dengan tangan kita
  • Tidak kaku, artinya tidak menghalangi gerakan tangan.

7)      Ikat Pinggang

Pilihlah yang terbuat dari bahan yang kuat, dengan kepala yang tidak terlalu besar tetapi teguh. Selain menjaga agar celana tidak kendur, juga untuk meletakan alat-alat yang perlu cepat dijangkau seperti pisau pinggang, tempat air minum, tempat alat-alat P3K, dll.

 

8)      Ransel / Carrier

  • Ringan, Sejauh mungkin tidak merupakan tambahan beban yang berlebihan, terbuat dari bahan yang water proof.
  • Kuat, harus mampu membawa beban dengan aman, berdaya tahan tinggi, tidak mudah robek, jahitannya tidak mudah lepas, zippernya cukup kokoh, dsb.
  • Nyaman dipakai, dianjurkan agar memakai ransel yang mempunyai rangka, agar berat beban merata dan seimbang. Selain itu juga membuat kenyamanan karena adanya ventilasi antara tubuh/punggung dengan ransel.
  • Praktis, kantung-kantung tambahan serta pembagian ruangan akan memudahkan untuk mengambil barang-barang tertentu.

9)      Peralatan navigasi

Kompas, peta, protaktor, busur derajat, pensil, dll.

10)  Lampu Senter

  • Dengan bola lampu dan baterai cadangan

11)  Peluit

  • Peluit yang tidak berbola

12)  Pisau

  • Pisau saku serbaguna (multi blade) seperti Victorinox
  • Pisau pinggang
  • §  Golok tebas

13)  Peralatan Tidur

  • Satu set pakaian tidur
  • Kaus kaki untuk tidur
  •  Sleeping bag
  •  Matras
  • Tenda/ponco/flysheet untuk bivak

14)  Perlengkapan Masak dan Makan

  • Alat-alat makan
  • Alat pembuat api (lilin, spirtus, dll)
  • Kantung air / tempat air

Perencanaan Perbekalan

Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

  1. Lamanya perjalanan yang akan dilakukan
  2. Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
  3. Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan, dsb)

Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan:

  • Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
  • Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
  • Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama
  • irit air dan bahan bakar.
  • Ringan, mudah didapat
  • Murah

Menyusun Perlengkapan dan Perbekalan Ke Dalam Ransel/Carrier (Packing)

Dalam penyusunan, yang menjadi dasar adalah keseimbangan beban, bagaimana kita menumpukan berat beban pada tubuh sedemikian rupa sehingga kaki dapat bekerja secara efisien. Dalam batas-batas tertentu, rangka yang dimiliki oleh ransel banyak memberikan kenyamanan. Rangka ini membuat posisi tubuh lebih menyenangkan saat menggendong beban. Namun bagaimanapun desain ransel yang dimiliki akan sedikit artinya apabila anda tidak mampu menyusun barang-barang anda dengan baik.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam packing :

  • Tempatkan barang-barang yang lebih berat paling atas dan sedekat mungkin dengan badan. Barang-barang yang relatif lebih ringan (sleeping bag, pakaian tidur) ditempatkan di bagian bawah.
  • Letakkan barang-barang yang sewaktu-waktu diperlukan pada bagian paling atas atau pada kantong luar ransel (ponco, alat P3K, kamera, dll)
  • Kelompokkan barang-barang sesuai fungsinya dan masukkan ke dalam kantong-kantong plastik atau wadah yang tidak tembus air, terutama pakaian tidur/ cadangan, pakaian dalam, kertas-kertas.
  • Matras tidur yang dimasukan kedalam ransel dapat membantu mempertahankan bentuk ransel dan mempermudah penyusunan barang kedalam ransel, sehingga tampak rapih dan efisien.

Buatlah check list dari semua perlengkapan. Kalau mungkin dengan beratnya agar dapat dengan mudah menyusunnya.

 

WATER RESCUE

WATER RESCUE

Di Indonesia bencana seperti banjir sering sekali terjadi. Oleh karena itu sebagai salah satu potensi SAR di Indonesia harus bisa menanggulanginya. Untuk bisa meminimalisir korban kita harus mempunyai materidan pengetahuan tentang SAR. Salah satu dari banyak materi tentang SAR yang harus dipelajari adalah WATER RESCUE. Dengan semakin banyaknya potensi-potensi SAR yang berkompeten maka kita dapat meminimalisir korban sesedikit mungkin.

Water Rescue merupakan salah satu teknik pertolongan yang dilakukan di air.  Atau suatu tindakan penyelamatan secara efektif dan efisien, jika manusia dan segala sesuatu yang berharga berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan di air.

Banjir

Banjir adalah bencana alam yang diakibatkan meluapnya aliran sungai disebabkan curah hujan yang tinggi sehingga volume air yang masuk ke dalam sungai tidak dapat tertampung dan merendam lngkungan sekitarnya.

Banjir Bandang

Banjir bandang adalah bencana banjir yang disertai dengan ikutnya material-material seperti batu, tanah, kayu-kayu besar dan bongkahan-bongkahan benda lainnya.

Langkah-langkah dasar Water Rescue :

  1. Perhitungan dan pertimbangan

Kemampuan penolong untuk memilih dan menentukan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, serta  metode yang harus dilakukan. Penolong akan lebih mudah memilih prosedur pertolongna yang paling cepat dengan resiko yang sangat kecil.

  1. Pengetahuan

Banyk bahaya-bahaya di air, pengetahuan ini sangat perlu karena dapat diterapkan setiap langkah usaha pertolongan.

  1. Keahlian seorang petugas

Di air harus mempunyai keahlian pada semua aspek pertolongan.

  1. Kesiapan Fisik

Sebagai seorang penyelamatkejadian di air semua pengetahuan, keterampilan dan kemampuan lain yang dipunyai, maka tinggal pertanyaan mampukah melakukan dengan keadaan sesungguhnya dimana jiwa  seseorang dalam bahaya. Keempat komponen di atas harus dimiliki oleh seorang rescuer yang selalu siap dalam memberikan pertolongan guna menyelamatkan jiwa.

Perlengkapan dalam Water Rescue :

  1. Perahu : perahu dalam pemgarungan haruslah aman dari benturan dan abrasi serta mudah dikendalikan.
  2. Pompa : berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam perahu. Pompa dibagi dalam pompa kaki dan pompa tangan.
  3. Repair Kit : terdiri dari lem, benang, nylon, jarum jahit, dan bahan penambal.
  4. Rescue rope : berfungsi untuk menolong anggota tim yang terjatuh ke sungai dan dapat berguna juga dalam linning dan scouting. Tali terbuat dari bahan nylon dengan warna mencolok agar dapat terlihat oleh korban, mempunyai daya apung yang tinggi.
  5. Dry bag : kantong ini berguna untuk menyimpan kaera, obat-obatan, makanan dan benda-benda lain agar tidak basah.
  6. Carabiner : terbuat dari alumunium alloy, berguna untuk menghubungkan satua alat dengan alat lainnya. Misalnya untuk mengaitkan throw bag pada D-ring (cincin metal berbentuk D yang menempel pada perahu)
  7. Dayung : berguna dalam manuver, mengatur gerakan perahu. Biasanya terbuat dari ka, alumunium, fiberglass. Bagian dari dayung terdiri dari gagang tangkai (T-Grip), tangkal dayung dan bilah (blade)
  8. Helm : penutup kepala berguna untuk melindungi kepala bagian ning, pelipis, telinga, dan kepala bagian belakang dan benturan. Terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah dan memiliki lubang-lubang kecil di atasnya.
  9. Jaket pelampung : berguna untuk mengapungkan tubuh, melindungi tubuh dari dingin dan bagian tubuh yang penting.
  10. Peluit : digunakan untuk membantu pemberitahuan kode bahaya tertentu.

Jenis-jenis Perahu :

  1. Perahu karet

Perahu yang terbentuk dari tabung udara dan terbuat dari karet berserat. Dlam tabung terdapat sekat-sekat yang berbentuk ruangan yang terpisah, sehingga jika bocor maka yang lain tidak terpegaruhdan perahu masih bisa mengambang.

  1. Landing Craft Rubber (LCR)

Perahu berbentuk seperti tapak kudda dan bagian belakang terdapat kayu.

  1. River Boat

Perahu berbentuk oval khusus untuk mengarungi arus deras.

  1. Kayak

Perahu dengan bentuk lancip pada bagian depan dan belakang

Cara masuk ke air :

  • Slide in entry

Digunakan jika kedalaman sungai atau perairan tidak diketahui. Cara yang paling aman:

  • Buat posisi seaman mungkin di tepi air dan masukkan salah satu kaki
  • Rasakan pijakan kaki apakah berbahaya atau tidak
  • Jatuhkan badan dan tahan berat badan dengan tangan
  • Step In

Dapat digunakan jika air jernih, kedalaman dapat dikeyahui dan tidak ada benda berbahaya di dalam air.

  • Lihat arah tujuan air
  • Melangkah dengan hati-hati
  • Ketika masuk air pastikan lutut menekuk atau kaki menyentuh bokong
  • Compact Jump

Digunakan untuk mencapai kedalaman yang lebih dari 1 meter.

  • Letakkan kedua tangan menyikap dada
  • Melangkah pada tepian air dengan satu kaki, kaki yang lain dan pastikan kedua kaki menyentuh dasar
  • Tubuh vertikal dan memakai pelindung’
  • Setelah di dalam air pengereman dapat dilakukan oleh kaki atau tangan
  • Staddle Entry

Digunakan jika masuk ke air yang dalam dari krtinggian yang rendah dan dapat melihat korban. Teknik ini tidak digunakan pada ketinggian diatas satu meter atau perairan dangkal.

  • Ambil jarak yang cukup dari tepian
  • Lakukan loncatan dengan satu kaki lurus dan kaki lainnya sedikit ditekuk
  • Tangan lurus ke samping
  • Pandangan lurus ke depan
  • Swallow Dive

Digunakan pada yang jernih, keadaan di bawah air dapat dilihat dan kedalaman diketahui.

  • Berdiri di tepian lihat ke bawah dan ke depan untuk menentukan arah lompatan
  • Tekuk lutut dan gunakan tyangan untuk membantu meneambah momentum ke depan.
  • Lakukan lompatan sejauh mungkin ke air
  • Masuk dengan hamper horizontal dengan permukaan air
  • Kaki dan tangan diluruskan
  • Jaga kepala di antara dua tangan dan mata melihat ke air
  • Mulailah berenang dengan menunaikan kepala ke permukaan

Penyelamatan dengan berenang mendekati korban :

  • Kalau sudah dekat dengan korban, usahakan jangan sampai dipegang oleh korban.
  • Berhenti beberapa meter dari korban dan peringatkan dia bahwa anda akan menolongnya.
  • Kalau korban pingsan, setelah pingsan, histeris gunakan pendekatan terhadap korban.

Menolong korban yang terjebak di tengah kepungan air:

  •  Melakukan penyelamatan secara langsung selama kondisi air dapat dilewati dengan banyak.
  •  Menggunakan sistem tali dengan teknik drag untuk menyelamatkan korban.

Type of Shelter

Beach Shade Shelter

Belowground Desert Shelter

Debris Hut

field-expedient lean-to and fire reflector


No-Pole Parachute


one-man shelter


one-pole parachute tepee


open desert shelter


parachute hammock


ponco lean-to


ponco tent using overhanging branch


ponco tent with a frame


swamp bed


three-pole parachute tepee


tree-pit snow shelter


SEJARAH PERKEMBANGAN SAR (Search And Rescue) NASIONAL

Dalam tahun 1955 dengan PP No. 5 Tahun 1955 oleh Presiden telah ditentukan satuan DEWAN PENERBANGAN. Untuk melaksanakan tugasnya dewan tersebut diberi wewenang membentuk panitia teknis diantaranya panitia pencari dan pemberi pertolongan atau panitia SAR dengan tugas:

  1. Pembentukan Badan Gabungan SAR.
  2. Regional Centra.
  3. Anggaran pembiayaan dan materil.

Pada tahun 1989 panitia SAR tersebut dianggap tidak sesuai lagi dengan dengan keadaan atau situasi dan kondisi pada saat itu, sehingga oleh beberapa pejabat dari penerbangan sipil dan militer (ABRI) usaha ini tidak tercapai karena beberapa hal, diantaranya:

  1. Tidak tersedia anggaran dan materil.
  2. Perubahan politik dalam negri.
  3. Perubahan dalam organisasi pemerintah.

Sejak tahun 1950 negara kita sudah menjadi anggota ICAO (International Civil Aviation Organitation) dan pada tahun 1966 dengan Keppres No. 203 tahun 1966 negara kita juga telah terdaftar sebagai anggota ICMO (Intergovernmental Maritime Consultative Organization). Dengan demikian diharapkan negara Indonesia memiliki organisasi SAR Nasional yang mampu menangani berbagai musibah nasional maupun internasional. Akan tetapi nampaknya hal tersebut belum dapat diwujudkan.

Hingga tahun 1968 baik instansi militer maupun sipil sesungguhnya telah memiliki peralatan, sarana dan sistim komunikasi yang dapat digunakan untuk pelaksanaan operasi SAR. Beberapa kegiatan SAR pun telah pula dilakukan, namun kenyataannya banyak kecelakaan-kecelakaan baik penerbangan maupun pelayaran yang telah terjadi di negara kita belum pernah mendapat pertolongan secara cepat dan tepat. Hal itu dikarenakan setiap instansi yang berpotensi SAR dalam melakukan pertolongan masih secara masing-masing dan tidak terkoordinasikan sama sekali, sehingga tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menyadari akan hal tersebut, para pejabat dari beberapa instansi merasa terpanggil kembali untuk bersepakat membentuk organisasi SAR Nasional yang terkoordinir dibawah satu komando. Dalam usaha ke arah realisasi yang dimaksud dan disebabkan karena keadaan yang sudah sangat mendesak, maka dikeluarkan surat keputusan Menteri  Perhubungan No. T.20/I/2-U tentang ditetapkannya Tim SAR lokal Jakarta yang tugas pembentukannya diserahkan kepada perhubungan udara.

Dengan adanya permintaan bantuan SAR dari daerah-daerah kepada tim pekerja penyusun SAR lokal Jakarta serta telah diadakannya beberapa operasi SAR secara konkrit oleh tim tersebut, maka organisasi SAR lokal jakarta tersebut boleh dikatakan merupakan langkah pertama kearah pengisian Badan SAR Nasional.

Sejak tahun 1968 SAR di Indonesia adalah merupakan salah satu dari proyek-proyek yang tercakup dalam South East Asia Coordinating Committe on Transport and Communication. Dimana SAR menjadi “Umbrella Project” untuk negara-negara Asia Tenggara. Sehubungan dengan hal itulah maka telah datang suatu Team Expert yang dikirim oleh Amerika Serikat untuk mengadakan survey di Indonesia yang bertujuan untuk:

  1. Mengumpulkan dan mempelajari data-data serta informasi dari semua fasilitas yang dapat untuk keperluan SAR.
  2. Membantu penyempurnaan atau peningkatan SAR di Indonesia dalam segala aspek.
  3. Meningkatkan koordinasi SAR dengan negara-negara tetangga.

Peralatan SAR di Indonesia telah mendapatkan perhatian dari beberapa negara, sehingga negara-negara tersebut bermaksud untuk menjadi pemrakarsa atau ingin membantu pembentukan SAR di Indonesia atau di negara-negara asia tenggara.

Dengan berkembangnya teknologi maju dan karena luasnya wilayah di Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan lautan yang sangat luas serta meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan kapal laut, maka banyak negara di luar Indonesia mengharapkan adanya jaminan keselamatan bagi penerbangan dan pelayaran di Indonesia. Sebagai anggota ICAO dan IMCO diharapkan organisasi SAR di Indonesia benar-benar berfungsi secara sempurna.

Sebagai negara maritim, Indonesia berkewajiban untuk dapat menyelenggarakan kegiatan pencarian dan pertolongan kepada siapapun yang terkena musibah di wilayahnya dan bahkan jika mungkin di daerah tertentu di lautan bebas atau yang meliputi daerah yang belum diketahui. Untuk itulah maka sewajarnya Indonesia sebagai anggota ICAO harus membentuk organisasi SAR Nasional atau jika tidak maka harus bergabung dengan organisasi SAR yang dibentuk negara lain.

Sebagaimana telah diuraikan di atas tentang Team Expert yang dikirim Amerika Serikat, mereka itu adalah “Search And Rescue Study Team” dari United State Coast Guard yang mengadakan survey dari tanggal 5 Juni sampai dengan 8 Juli 1969. Team tersebut telah membuat “Preliminary Recomendations” yang pokok-pokoknya sebagai berikut:

  1. Perlu adanya “agreement” antara departemen-departemen yang memiliki fasilitas dan peralatan SAR.
  2. Harus ada hubungan yang cepat dan tepat antara pusat-pusat koordinasi dengan “Primary and Secondary SAR Facilites”, dalam jaringan hubungan ini teleprinter circuit.
  3. Controllers” yang berpengalaman supaya diberi pendidikan formil pada salah satu “SAR School” dan di antara mereka supaya ada yang menjadi instruktur.
  4. Radio Navigation Aids” yang penting supaya dilayani secara terus-menerus, sedangkan bagi yang kurang penting supaya diperjanjang jadwal dan jam kerjanya.

Dalam pelaksanaan survey, SAR Study Team tersebut didampingi oleh Counter Part dari Indonesia yang terdiri dari Pejabat Tim Indonesia berpendapat bahwa dalam bidang:

  1. Organisasi instansi-instansi militer dan sipil yang memiliki potensi SAR sudah mempunyai satuan/unsur yang mampu untuk membantu kegiatan SAR.

Yang diperlukan adalah terhimpunnya satuan-satuan tersebut dalam suatu wadah/organisasi dengan satu sistem SAR yang baik.

  1. Komunikasi utuk keperluan masing-masing instansi tersebut telah memiliki jaringan komunikasi yang cukup baik, kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan SAR. Dalam hal ini diperlukan adanay pengaturan terhadap semua jaringan yang ada untuk jaringan khusus SAR dan prosedur pengaturannya.
  2. Personalia untuk penangan masalah-masalah SAR yang dimiliki oleh semua instansi yang berpotensi SAR pada umumnya belum memiliki pengetahuan SAR secara khusus dan belum terlatih untuk kegiatan SAR.
  3. Peralatan yang dimiliki oleh instansi-instansi berpotensi SAR belum semuanya mempunyai sifat khusus untuk keperluan operasi SAR dan tidak ada keseragaman/standanya, walalupun seluruhnya bisa digunakan dalam keadaan yang darurat.

Setelah sekian lama Indonesia menjajaki permasalahan SAR tersebut dan mengingat bahwa keadaan geografis Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang memiliki wilayah perairan yang luas serta menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera sehingga mengakibatkan padatnya jalur transportasi, maka dirasakan sekali perunya segera membentuk SAR Nasional untuk menjamin kestabilan negara baik dari segi ekonomis maupun keamanannya terutama dalam kaitannya dengan dunia SAR Internasional.

Indonesia telah sekian lama mematuhi hukum-hukum dan peraturan-peraturan internasional di bidan SAR seperti SOLAS dan ICAO, maka berdasarkan segala pertimbangan sebagaiman telah diruaikan di atas, pada tahun 1972 mulai terbentuk suatu organisasi SAR Nasional dengan nama Badan Search And Rescue Indonesia disingkat BASARI yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1972 yang diketuai oleh Menteri Perhubungan.

Tinjauan Historis dari Segi Organisasi

Seperti kita ketahui bersama bahwa BASARI baru dibentuk dalam tahun 1972, tepatnya tanggal 28 Februari 1972 yang berarti dalam pertengahan Pelita-I. Baru pada tanggal 20 Juni 1972 ditunjuk seorang Kepala Pusat Koordinasi SAR (PUSARNAS) sebagai pelaksana operasi SAR.

Pada kenyataannya pembentukan BASARI pada saat itu sampai dengan bulan Agustus 1975 baru berupa surat keputusan saja, pengisian dari ketentuan-ketentua dalam surat keputusan masih harus disusun. Pengisian yang dimaksud meliputi PUSARNAS sebagai Badan Pelaksana Operasional SAR sampai ke Eselon Pelaksana di Daerah yaitu Pusat Koordinasi Rescue (PKR) dan Sub Koordinasi Rescue (SKR). Juga pengadaan personil untuk mengisi jabata-jabatan pokok dan penyelsaian tugas-tugas adminsitratif yang semuanya itu harus dilaksanakan bersamaan dengan tugas-tugas operasional SAR.

Betapa pelan jalannya proses penanganan organisasi SAR Nasional ini, baru pada tanggal 16 Agustus 1975 Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara menyetujui naskahnya. Dan pada tanggal 2 desember 1975 organisasi SAR Nasional dengan nama Pusat SAR Nasional dibakukan keberadaannya didalam keputusan Menteri Perhubungan No. KN.415/Phb-75.

Pelita I telah lewat dan berlalu begitu saja tanpa meninggalkan bekas apapun bagi perkembangan SAR Nasional pada saat itu. Bahkan untuk mendukung kegiatan rutinpun baru pertengahan tahun 1974 menerima DIK dan untuk memulai meningkatkan kemampuan SAR Nasional di bidang fasilitas dan peralatan kantor. Pembenahan gedung atau kantor paling tidak dapat memenuhi persyaratan minimal dan pelebaran sayap operasional SAR ke wilayahan atau daerah yang dimulai membangun gedung atau kantor KKR. PUSARNAS baru mendapatkan DIP mulai tahun anggaran 1975-1976 atau Pelita II tahun kedua.

Organisasi SAR di Indonesia sampai dengan Pelita II tahun kedua masih sangat terbelakang ditinjau dari kemampuan SAR di dunia pada umumnya. Sementara itu penerbangan, pelayaran, dan teknologi maju baik yang berkaitan dengan penerbangan, pelayaran, maupun bidang SAR berkembang terus dengan cepat. Agar tidak tertinggal lebih jauh, maka kemampuan SAR Nasional harus selekasnya digalang, dipelihara, dan ditingkatkan sampai minimal mencapai kemampuan yang sesuai dengan “recommended practices and international standard”.

Penggalangan kemampuan SAR meliputi 3 aspek, yaitu:

  1. Sebelum operasiSAR.
  2. Selama operasi SAR.
  3. Setelah operasi SAR.

Disamping pembagian dalam tiga aspek tersebut, perlu ditanamkan doktrin SAR kepada mereka yang akan memberikan atau menyediakan jasa SAR maupun kepada mereka yang memerlukan jasa SAR melalui penerangan-penerangan, penyuluhan, pendidikan dan latihan.

Berhasilnya operasi SAR antara lain juga tergantung kepada kecakapan korban untuk tetap bisa hidup (The Ability To Survival).

Berdasarkan pada tiga aspek SAR tersebut, maka perlu didirikan sekolah SAR dan Survival Nasional. Crew pesawat dan personil lainnya (para Rescue, para medis, scuba diver, volounteer) yang akan ditugaskan dalam operasi SAR harus paham dan mahir dalam SAR dan Survival untuk bisa mencari dan menolong serta menyelamatkan.

Kemahiran sangat perlu agar operasi SAR bisa berdaya guna dan berhasil guna tanpa membahayakan keselamatan si korban maupun si penyelamat itu sendiri.

Pengetahuan teori dan keterampilan dalam praktek harus secara kontunyu dipelihara dan secara periodik di tes. Bagi crew dan para petugas  lapangan sangat perlu diberi SAR dan SURVIVAL Training secara kontinyu dengan menggunakan kesempatan yang ada.

Tolak ukur keberhasilan pengalaman lemempuan SAR pada dasarnya terletek pada berfungsinya 5 komponen SAR secara mantap dalam suatu sistem. Kelima komponen tersebut adalah:

  1. Organisasi
  2. Fasilitas
  3. Komunikasi
  4. Penanggulangn gawat darurat
  5. Dokumentasi

Dengan organisasi yang efisien dan dengan peralatan yang sesuai, maka SAR nasional tidak hanya menjamin peningkatan ekonomi saja, tetapi juga membuktikan kesungguhan dan kemampuan Indonesia untuk menempati “ International obligation “, yaitu tidak hanya mampu menolong jiwa manusia tetapi juga mampu menyelamatkan harta dan barang yang dikhawatirkan hilang sebagai akibat musibah dalam penerbangan atau pelayaran.

Semenjak SAR nasional menerima/mengelola anggaran sendiri baik melalui DIK maupun DIP telah menempuh kebijaksanaan organisasi sebagai berikut:

  1. organisasi harus disesuaikan dengan ketentuan pemerintah atas dasar peranan dan tugas yang diberikan kepada SAR nasional. Disamping kecakapan teknis dan operasional, perlu ditanamkan juga pengertian management. Untuk menjamin efisiensi kerja dan mencegah pemborosan uang, material, dan waktu yang biasanya selalu dirasakan kurang, sedangkan dari organisasi dituntut output yang tinggi.
  2. Dalam bidang operasional terutama KKR dan SKR didaerah susunan organisasinya disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan ICAO atau pusat-pusat koordinasi yang sudah lajim dan mengingat bahwa SAR Nasional Indonesia meliputi aeronautical dan maritme SAR. Masalah organisasi KKR dan SKR ini sangat penting mengingat hampir semua musibah yang memerlukan penanganan SAR terjadinya di daerah.
  3. Untuk seluruh wilayah Indonesia hanya ada satu nasional SAR manual yang berlaku. Materinya akan disusun dan kemudian perlu disetujui oleh semua departemen, yang unsur-unsur SAR nya dikoordinir dalam SAR nasional. Dengan demikian akan diperoleh satu kesatuan bahasa dan satu kesatuan tindak.

Untuk mengisi jabatan-jabatan dialam organisasi SAR Nasional yang waktu itu berstatus sebagai PUSARNAS, PKR dan SKR telah mendapat persetujuan dengan pihak  HANKAM untuk menggunakan personil Angkatan dan Polri secara penugas karyaan dan perbantuan serta sebagian diambil dari sub sektor perhubungan.

Namun hingga sekarang yang dapat di realisasikan baru jabatan-jabatan di organisasi pusat saja., sedangkan pejabat di KKR dan SKR masih merupakan pinjaman dari sub sektor perhubungan udara dan laut sebagai tugas rangkap.

Masalah inilah yang masih digarap terus sejak berakhirnya pelita kedua hingga sekarang yang belum juga dapat diatasi.

Penyebab utamanya ialah bahwa untuk jabatan-jabatan di KKR dan SKR tersebut, baik yang berstatus eselon tiga maupun empat diperlukan kwalifikasi tertentu. Pengadaan secara werping untuk menduduki jabatan tersebut tidak mungkin, sedangkan dengan sistem alih tugas antar sub sektoral dilingkungan Departemen Perhubungan sulit ditempuh diakibatkan dengan kwalifikasi dan fasilitas yang harus ditempuh.

Kerja sama regional antar negara-negara ASEAN dibidang SAR hingga sekarang meliputi:

  1. agremeent for fasilitation of search and Aircraft in Distress and Rescue of Survivors of Aircraft Accidents.
  2. Meeting of Expert for the establishment of ASEAN Combined Operation Againts Natural Disasters.

Namun semua negara ASEAN belum meratifikasi perjanjian tersebut. Pelaksanaan teknis dari perjanjian tersebut belum diadakan perinciannya yang diterangkan ke dalam perjanjian-perjanjian tersendiri. Walaupun dalam suatu operasi SAR yang menyangkut wilayah lebih dari satu negara, negara-negara yang bersangkutan akan memberi pertolongan. Tetapi perlu diadakan perjanjian tentang berbagai prosedur dan luasnya ruang lingkup kerja sama tersebut. Berhubung inter state procedures ini belum ada, maka perlu diadakan pembicaraan-pembicaraan dan kunjungan-kunjungan timbal balik antar negara anggota ASEAN.

Secara fungsional operasi SAR pada dasarnya tidak mencakup kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan bencana alam. Akan tetapi SAR menyediakan fasilitas dan unit-unitnya untuk membantu operasi-operasi dalam memberikan bantuan pada korban bencana alam. Untuk masalah ini telah diadakan pembicaraan, penjajagan dengan Sekretaris Nasional ASEAN mengenai prosedur permintaan bantuan dari negara tetangga, karena bencana adalah urusan nasional dari negara yang bersangkutan. Untuk penanganan musibah-musibah bencana alam di Indonesia, SAR Nasional telah dilibatkan kedalam Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam ( Bakornas PBA ) sebagai anggota atas penunjukan Menteri Perhubungan sesuai dengan keputusan Presiden nomor 28 tahun 1979.

Khusus masalah SAR antara Indonesia dan Malaysia telah ada kerja sama di bidang latihan SAR yang disebut Latsar Malindo. Namun kegiatan tersebut tidak berkaitan dengan kerja sama regional di bidang SAR antar negara-negara ASEAN tetapi kaitannya pada General Border Comittee ( kerja sama dibidang perbatasan ) yang pada staf Planning Comittee-nya salah satu kelompoknya menyangkut masalah SAR perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Pada kelompok inilah SAR Nasional dilibatkan langsung atas penunjukan Menteri Hankam/Pangab selaku ketua General Border Comittee.